August Narang: Tokoh Non Pendeta di Balik Berdirinya GKE

Agustin Teras Narang salah satu cucu August Narang foto bersama Ketum MS GKE Pdt Simpun F Lion serta penulis buku Pdt Marko Mahin dan para penanggap usai acara bedah buku August Narang : Pedagang pembawa terang di Gereja Sakatik, Sabtu (5/4/2025). (Foto: Adi)

teraskalteng.com – Sejarah panjang Gereja Kalimantan Evangelis (GKE), yang dulunya dikenal dengan nama Gereja Dayak Evangelis (GDE), tidak terlepas dari peran seorang tokoh non-pendeta yang ikut berjasa: August Narang. Sosok yang pada masanya dikenal sebagai pedagang ini ternyata memiliki kontribusi besar dalam pendirian organisasi gereja yang kini menaungi ratusan gereja di Kalimantan.

Untuk mengenang jasa-jasanya, sebuah acara bedah buku berjudul “Pedagang Pembawa Terang” diselenggarakan sebagai bagian dari perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-186 GKE di Gereja Sakatik, Palangka Raya, Sabtu (5/4/2025).

Buku ini ditulis oleh Pdt. Dr. Marko Mahin, yang dalam proses penulisannya mengungkapkan kisah hidup August Narang melalui riset mendalam, termasuk menemui keluarga, tokoh adat, serta tokoh gereja yang pernah mengetahui dan mengenal sosok tersebut.

Pdt. Dr. Marko Mahin mengungkapkan bahwa penulisan buku ini tidak lepas dari upaya untuk menggali lebih dalam tentang peran August Narang dalam sejarah berdirinya GDE/GKE. “Saya mencari berbagai sumber, mulai dari keluarga, hingga mengunjungi pemakaman August Narang di Mandomai. Saya juga berdiskusi dengan para demang dan tokoh gereja untuk menyusun kronologi yang lebih jelas mengenai hidup dan pengabdian beliau,” kata Marko.

Beberapa penanggap hadir dalam acara tersebut untuk memberikan masukan terkait isi buku. Pdt. Alexandra Binti, Prof. DR. Salampak Dohong, dan Pdt. Telhalia G. Ambung sepakat bahwa buku tersebut sangat layak dijadikan referensi penting dalam memahami peran August Narang, terutama mengingat minimnya data tertulis mengenai kehidupan dan kontribusinya dalam pembentukan GDE yang kini menjadi GKE.

Melalui buku ini, jemaat diharapkan dapat memahami lebih dalam tentang sosok August Narang yang tidak hanya dikenal sebagai pedagang, tetapi juga sebagai salah satu tokoh yang memiliki visi besar untuk gereja ini. Peran beliau dalam pendirian GDE adalah bukti nyata bahwa gereja tidak hanya dibangun oleh pendeta, tetapi juga oleh semangat dan dedikasi umat awam.

Acara bedah buku ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, antara lain Wakil Ketua Dewan Majelis Pertimbangan Sinode GKE, Agustin Teras Narang, yang juga merupakan cucu dari August Narang, Ketua Umum Majelis Sinode GKE Pdt Simpun F Lion, Sekum MS GKE Pdt Satria, serta sejumlah tokoh GKE lainnya. 

Dalam sambutannya Teras menyampaikan betapa pentingnya mengenang dan menghargai sejarah gereja, serta bagaimana keluarga Narang terus menjaga warisan tersebut. Teras juga menceritakan secara singkat bagaimana sosok kakeknya di masa itu dari cerita orang tuanya.

“Sebagai keluarga, kami merasa terhormat dapat mengenang jasa kakek kami, August Narang. Saya juga berterima kasih kepada Pdt. Marko Mahin yang telah meluangkan waktu untuk menulis buku ini di tengah kesibukan. Semoga buku ini bisa membuka mata banyak orang mengenai peran penting yang beliau miliki dalam perjalanan panjang GKE,” ungkap Teras.

Teras juga menekankan bahwa selain mengenang, penting bagi setiap anggota gereja untuk memahami bahwa peran tokoh-tokoh non pendeta seperti August Narang sangat besar dalam mendukung pelayanan gereja. GKE bukan hanya organisasi gereja para pendeta, namun juga dibangun oleh umat awam yang berperan aktif dalam mendukung pelayanan. 

Buku “Pedagang Pembawa Terang” bukan hanya sekadar penghormatan terhadap August Narang, tetapi juga sebuah ajakan untuk terus menggali sejarah GKE lebih dalam. Penulis buku berharap agar semakin banyak pihak yang terinspirasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut, agar setiap potongan sejarah GKE dapat terungkap dengan lebih lengkap.

Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan perayaan HUT ke-186 GKE, acara ini mengingatkan semua bahwa gereja tidak hanya dibangun oleh tangan para pendeta, tetapi juga oleh kerja keras dan pengabdian para umat awam, seperti yang dilakukan oleh August Narang. Sebuah pengingat bahwa sejarah gereja adalah milik bersama, yang perlu terus dilestarikan dan dihargai. (penulis : Adi Nata)

Redaksi

Posting terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post