teraskalteng.com – Keberadaan Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) yang telah berkembang pesat hingga kini memiliki akar sejarah panjang, berkat perjuangan tokoh-tokoh Kristen pendahulu. Salah satu tokoh sentral yang terlibat dalam pembentukan GKE adalah August Narang, seorang masyarakat biasa yang memiliki semangat luar biasa dalam menyebarkan agama Kristen.
Pada masanya, gereja ini masih bernama Gereja Dayak Evangelis (GDE). Meskipun bukan seorang pendeta, August Narang berperan penting dalam sejarah berdirinya GDE, menjadikan namanya dikenang hingga kini.
August Narang dilahirkan pada tahun 1886 di Kampung Mandomai, sebagai anak pasangan Narang dan Laura Tundan. Pendidikan dasarnya ditempuh di Sekolah Zending Mandomai, yang menjadi landasan awal pembentukan karakternya. Sejak kecil, August sudah menunjukkan bakat berdagang yang diwarisi dari ayahnya, seorang pedagang gigih yang menjelajah ke berbagai wilayah seperti hulu Sungai Kapuas, Kahayan, Miri, Rungan, dan Manuhing.
Di Mandomai, August Narang, yang juga dikenal sebagai Bapak Demal, dikenang sebagai pemilik toko terbesar di daerahnya. Ia disebut sebagai “pasak lewu” atau orang kaya yang berpengaruh. Dalam buku karya Pendeta Dr. Marko Mahin, diceritakan bahwa August memiliki perahu besar bernama janggolan, yang digunakan untuk mengangkut barang dagangan tanpa mesin, digerakkan oleh layar atau dayung.
Rumah August yang terletak di pinggir Sungai Kapuas berfungsi sebagai toko atau warung yang melayani kebutuhan eceran dan grosir. Perahu janggolan miliknya bahkan dijadikan toko terapung yang beroperasi setiap hari pasar di Mandomai. Dengan perahu tersebut, ia melayani pembeli yang datang menggunakan perahu kecil.
Selain menjual barang-barang dari Banjarmasin, August juga membeli hasil bumi seperti getah hangkang, katiau, jelutung, damar, dan rotan untuk dijual kembali. Ia kerap berlayar hingga ke Jangkang, membeli kayu ulin dan hasil hutan lainnya.
Selain sebagai pedagang, August juga memegang peran penting dalam masyarakat. Ia menjabat sebagai Pambakal atau kepala kampung Kalampan dari tahun 1925 hingga 1939. Tak hanya itu, ia juga menjadi anggota komisi (Lid-Commissaris) Landraad Koeala Kapoeas, sebuah lembaga pengadilan bagi masyarakat pribumi untuk perkara perdata dan pidana.
Kiprah August Narang dalam pembentukan Gereja Dayak Evangelis dimulai pada Sinode Umum di Mandomai tahun 1930, di mana ia terpilih sebagai Wakil Ketua merangkap Sekretaris majelis sinode (Synodale Comissie). Pada masa itu, GDE merupakan kumpulan jemaat-jemaat Kristen di Kalimantan. Melalui sinode berikutnya di Barimba tahun 1935, August terus berperan aktif dalam memperkuat fondasi gereja tersebut.
Herman Witschi, Inspektur Zending Basel untuk Kalimantan, mencatat bahwa August Narang bersama Hendrik Bodoh memiliki peran besar dalam membangkitkan kesadaran akan pekabaran Injil di Jemaat Kristen Mandomai. Dedikasi August dalam melayani jemaat menjadikannya salah satu tokoh penting dalam sejarah gereja di Kalimantan.
Pada tahun 1941, sebelum Sinode Umum ketiga di Banjarmasin, August Narang mengundurkan diri dari kepengurusan majelis sinode. Menjelang usia 62 tahun, kesehatannya menurun. Ia berpulang pada 28 Juni 1948 dan dimakamkan di kompleks pekuburan Kristen Mandomai.
Kisah hidup August Narang adalah cerminan dedikasi seorang tokoh yang tanpa gelar pendeta mampu memberikan dampak besar bagi perkembangan gereja dan masyarakat di Kalimantan. Sebagai pedagang yang berperan aktif dalam pelayanan gereja, ia layak dikenang sebagai “Pedagang Pembawa Terang”. (sumber: Pdt. Dr. Marko Mahin). (tk/red)