teraskalteng.com, JAKARTA – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, secara resmi menetapkan harga gabah kering panen (GKP) sebesar Rp6.500 per kilogram. Penetapan harga ini dilakukan sebagai bentuk apresiasi terhadap peningkatan signifikan produksi pertanian nasional serta untuk memberikan kepastian harga yang menguntungkan bagi para petani.
Dalam acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia yang digelar di Jakarta, pekan kemarin, Presiden menyatakan bahwa kondisi pertanian Indonesia tengah menunjukkan tren positif. Peningkatan hasil panen yang signifikan menjadi bukti bahwa sektor ini berpotensi besar menopang ekonomi nasional.
“Saya juga heran, ada orang yang mengatakan Indonesia gelap. Kalau dia merasa gelap, itu hak dia. Tapi kalau saya bangun pagi, saya lihat Indonesia cerah. Saya ketemu petani, petani gembira. Hasil mereka naik drastis, produksi naik drastis,” ujar Presiden dilansir dari indonesia.go.id.
Presiden juga menyoroti reformasi besar-besaran dalam sistem distribusi pupuk bersubsidi yang selama ini terhambat birokrasi berbelit. Sebelumnya, penyaluran pupuk harus melewati tanda tangan dari puluhan pejabat, mulai dari menteri hingga bupati.
“Saya bilang ke Menteri Pertanian, dari pabrik pupuk langsung ke petani. Enggak ada lagi tanda tangan-tanda tangan itu. Alhamdulillah, sekarang pupuk sampai ke desa-desa, tidak lagi langka dan tidak diselewengkan,” tegasnya.
Langkah penyederhanaan regulasi ini disebut telah berdampak langsung pada kelancaran distribusi dan peningkatan produksi. Masalah pupuk yang selama ini menjadi keluhan utama petani, kini perlahan mulai teratasi.
Sebelumnya, saat menghadiri acara Panen Raya Serentak 14 Provinsi di Majalengka, Jawa Barat, Senin (7/4/2025), Presiden Prabowo mengungkapkan bahwa berdasarkan data Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS), potensi luas panen nasional pada April 2025 mencapai 1,59 juta hektare. Estimasi produksi gabah kering giling (GKG) mencapai 8,63 juta ton atau setara 4,97 juta ton beras. Ini merupakan capaian tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.
Adapun 14 provinsi penyumbang utama produksi bulan ini, seperti Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Lampung, dan NTB, tercatat menyumbang lebih dari 91 persen dari total produksi nasional.
Presiden pun menyampaikan apresiasi dan kebanggaannya atas kerja keras para petani dan sinergi lintas sektor yang turut mendorong keberhasilan ini.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, juga menambahkan bahwa peningkatan produksi ini sejalan dengan kinerja luar biasa Perum Bulog dalam menyerap gabah petani. Ia menyebut, serapan Bulog dalam tiga bulan terakhir naik hingga 2.000 persen dibandingkan lima hingga sepuluh tahun sebelumnya.
“Stok beras nasional di gudang Bulog saat ini mencapai 2,4 juta ton, dan diprediksi menembus 3 juta ton pada akhir April. Ini angka tertinggi dalam 10–20 tahun terakhir,” kata Amran.
Dengan langkah-langkah strategis yang tengah dilakukan pemerintah, sektor pertanian diharapkan terus tumbuh dan menjadi tulang punggung ketahanan pangan serta ekonomi nasional. (tk/red)
Tinggalkan Balasan