Teras Narang: Jembatan Bowstring Mandomai Simbol Sejarah

Anggota DPD RI Dapil Kalteng, Agustin Teras Narang saat mengunjungi pembangunan jumbatan kayu (bowstring) di Desa Mandomai, Kabupaten Kapuas, Sabtu (14/6/2025). (Foto: Tim Teras Narang)

teraskalteng.com, KUALA KAPUAS – Cuaca Sabtu pagi (14/6/2024), lumayan terik di Desa Mandomai, ibu kota Kecamatan Kapuas Barat, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Namun tidak menyurutkan semangat Agustin Teras Narang, anggota DPD RI dari Dapil Kalimantan Tengah ini, untuk mengunjungi lokasi pembangunan kembali Jembatan Kayu Bowstring yang legendaris.

Di sela kunjungan, Teras mengungkapkan, Jembatan Bowstring Mandomai bukan sekadar infrastruktur. Ia adalah warisan sejarah, kenangan masa lalu, sekaligus lambang kebanggaan masyarakat Kalimantan Tengah. Dibangun pertama kali pada tahun 1975 oleh para siswa Sekolah Tehnik Menengah (STM) GKE Mandomai, kini Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) GKE Mandomai, jembatan ini telah menjadi simbol kemampuan dan kemandirian putra daerah dalam dunia teknik dan perkayuan.

Setelah berdiri kokoh selama hampir setengah abad, jembatan tersebut akhirnya dibongkar pada awal 2024 karena faktor usia dan keselamatan. Namun, alih-alih menghilang sebagai kenangan, jembatan itu justru dibangkitkan kembali. Para alumni sekolah teknik yang dulu turut membangunnya, kini kembali terlibat langsung dalam proyek pembangunan ulang jembatan tersebut, dibantu oleh Organisasi Arsitek Kalimantan Tengah dan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.

“Saya sangat bangga dengan terbangunnya kembali Jembatan Kayu Bowstring ini. Apalagi ini dikerjakan oleh para alumni yang dulunya pernah membangunnya di tahun 1975. Ini membuktikan bahwa SMK GKE Mandomai tidak hanya mendidik, tapi juga mampu melahirkan tenaga profesional yang menguasai keahlian di bidangnya.”ujar Teras Narang sembari menyaksikan proses konstruksi yang telah mencapai tahap akhir.

Jembatan yang menggunakan kayu besi atau kayu ulin, jenis kayu keras yang menjadi ciri khas konstruksi tradisional Kalimantan, dikenal sulit dikerjakan karena kekerasan material dan kerumitan strukturnya. Namun, justru dalam tantangan itu tersimpan kebanggaan. Proyek ini bukan hanya sekadar pembangunan fisik, tetapi juga upaya menjaga identitas dan warisan lokal.

Pembangunan jembatan diperkirakan akan selesai pada akhir Juni 2024. Namun, masih diperlukan waktu untuk tahap akhir berupa penelitian dan pengujian sebelum akhirnya bisa resmi digunakan oleh masyarakat.

Di tengah perkembangan zaman yang semakin mengandalkan teknologi modern, kembalinya Jembatan Kayu Bowstring ini menjadi pengingat bahwa nilai-nilai sejarah, kearifan lokal, dan keterampilan tangan para ahli tradisional tetap relevan dan penting.

“Terima kasih untuk semua pihak yang terlibat. Ini bukan hanya pembangunan jembatan, tetapi juga pembangunan semangat, kebersamaan, dan jati diri kita sebagai orang Kalimantan Tengah.” ucap Teras Narang mengakhiri. (ad/red)

Redaksi

Posting terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post